Kisah Di Mana Dunia Jadi 'Panas Dingin' Dikala Indonesia Umumkan Akan Uji Coba Ledakkan Bom Nuklir Miliknya
Sunday, September 2, 2018
Edit
Bukan isapan jempol semata bila pada kala 1960-an militer Indonesia terkuat di bagian bumi selatan.
Saat itu belum ada yang bisa menandinginya, bahkan militer negara sekelas Australia sekalipun.
Deretan alat utama sistem persenjataan (alutsista) lansiran Uni Soviet yang berjibun banyaknya menciptakan 'nyali' Republik makin tinggi untuk melawan negara barat.
Contohnya ketika Indonesia harus bersitegang merebut kembali Irian Barat dari Belanda dalam Operasi Trikora.
Dari formasi alutsista itu, tentunya yang paling menggetarkan adalah kapal selam Whiskey Class AL Indonesia dan Pembom Strategis Jarak Jauh Tupolev Tu-16 Badger AURI yang punya kemampuan Nuclear Capable.
Nuclear Capable sanggup diartikan Tu-16 bisa menggotong bom nuklir dan menjatuhkannya di target yang dituju layaknya kemampuan B-29 Superfortress milik Amerika ketika melalap Hiroshima dan Nagasaki dengan bom atom tahun 1945.
Akan tetapi pesawat sudah punya namun bomnya tidak.
Tahu akan pentingnya kegunaan nuklir, maka Presiden pertama Indonesia, Ir Soekarno kemudian menciptakan kerjasama pengayaan uranium dengan Amerika Serikat (AS) tahun 1960.
AS oke membantu dalam hal pengayaan uranium, alasannya awalnya Indonesia hanya ingin memakai nuklirnya untuk tujuan damai.
Tapi ditengah jalan kerjasama itu terganggu karena matinya John F Kennedy yang dikenal bersahabat dengan Soekarno.
Kebijakan AS sesudah tewasnya Kennedy berubah, termasuk menyoal pengayaan uranium Indonesia.
Soekarno geram, ia kemudian mengalihkan haluan tujuan nuklir Indonesia untuk dijadikan bom atom!
Secara rahasia, Soekarno kemudian menyuruh para ilmuwan Lembaga Tenaga Atom (LTA) Indonesia belajar ke China alasannya negeri Tirai Bambu itu berhasil mengujicoba bom nuklirnya tahun 1964.
Hingga tiba saatnya November 1964.
Direktur Pengadaan Senjata Angkatan Darat, Brigjen Hartono mengumumkan Indonesia akan melaksanakan uji coba peledakkan bom nuklir miliknya pada tahun 1969 mendatang.
Hartono mengungkapkan bila 200 ilmuwan Indonesia sedang mengerjakan pembuatan bom nuklir dan bakal di uji coba di luar kepulauan Mentawai, Sumatera.
Dikutip dari nonproliferation.org, pengumuman itu kemudian dilanjutkan dengan pernyataan Soekarno pada tahun 1965 yang menyampaikan "Sudah takdir Tuhan, Indonesia sanggup menciptakan bom atomnya sendiri."
Soekarno menambahkan bila Indonesia membutuhkan bom nuklir untuk menjaga kedaulatan dan tanah air dari gangguan negara lain.
Pernyataan itu menciptakan negara-negara di dunia terhenyak seketika.
Dunia menjadi 'panas dingin', geger alasannya mengetahui hal itu.
Apalagi negara-negara Barat dan sekutunya.
Dalam benak mereka bergumam bagaimana bisa Indonesia negara yang merdeka kemarin sore sudah bisa menciptakan bom nuklir yang maha dahsyat itu.
Menteri Pertahanan Australia ketika itu, Shane Paltridge berujar bila pernyataan Brigjen Hartono tak boleh dianggap enteng dan sepele.
Yang lebih pusing lagi tentunya Perdana Menteri Malaysia Tun Abdul Razak.
Ia merasa gelisah, terancam dan ketakutan alasannya bisa saja uji coba ledakkan nuklir Indonesia nanti sanggup berdampak mengerikan bagi Malaysia.
AS yang tak mau uji coba itu dilakukan eksklusif mendekati kembali Indonesia.
Melalu macam manuver politik, AS kemudian menerima kesimpulannya sendiri bila Indonesia belum bisa untuk memproduksi bom nuklirnya sendiri.
Melihat celah itu maka pada September 1965, AS mau melanjutkan kerjasama pengayaan uraniumnya kembali dengan Indonesia.
Tapi dengan catatan, Indonesia harus mengizinkan bila tubuh atom internasional (IAEA) menginspeksi reaktor nuklirnya.
Hal itu bertujuan biar Indonesia tak jadi berusaha menciptakan bom nuklir.
Namun berakhirnya kekuasaan Soekarno alasannya G30S tahun 1965 menciptakan semuanya buyar.
Suksesi kekuasaan pada Soeharto menciptakan kegiatan bom nuklir Indonesia mandek alasannya rezim Orde Baru sama sekali tak tertarik menciptakan nuklir menjadi senjata.
Akan tetapi di kala Soeharto, nuklir Indonesia dipakai untuk tujuan ilmu pengetahuan, agrikultura dan pembangunan ekonomi negara.
Sumber