Kena Karma, Giliran Kebudayaan Malaysia Diklaim Oleh Negara Lain
Wednesday, September 5, 2018
Edit
Untuk urusan klaim mengklaim, Malaysia berada di urutan terdepan sebagai jagonya.
Masih segar di ingatan masyarakat Indonesia bagaimana Reog Ponorogo, Batik, Tari Pendet dan lagu Rasa Sayange diklaim sebagai warisan budaya Malaysia.
Namun bukan hanya dengan Indonesia saja Malaysia berbuat ulah problem klaim budaya.
Belakangan ini Malaysia bersitegang mengenai klaim budaya dengan Singapura.
Dikutip dari Kompas.com, Jumat (31/8) Singapura berusaha mendapat ratifikasi ke PBB sebetulnya jajanan jalanan kaki lima merupakan kebudayaan mereka.
Hal ini didasari atas banyaknya penjual jajanan kaki lima yang berjualan banyak sekali macam masakan di negaranya yang berwilayah seuprit itu.
Bahkan PM Singapura Lee Hsien Loong hingga mendaftarkan jajanan jalanan kaki lima yang di sana dinamai 'Hawkers' ke UNESCO sebagai identitas negaranya.
Ia berharap budaya street food sah menjadi milik Singapura.
Malaysia lalu mencak-mencak akhir klaim Singapura tersebut.
Pihak Malaysia mengaku bahwa jajanan kaki lima berasal dari Malaysia alasannya yakni di negaranya lebih beraneka ragam makanannya.
Salah seorang koki selebriti Malaysia Redzuawan Ismail atau Chef Wan mengatakan, upaya Singapura ini tidak masuk akal.
"Jika Anda berbicara soal masakan jalanan, bukan hanya Singapura yang mempunyai budaya ini. Mengapa Anda menginginkan paten UNESCO? Apa istimewanya?" kata Chef Wan.
Penegasan berlanjut, seorang chef lagi asal Malaysia, Ismail Ahmad bersikukuh jikalau negaranya yakni nirwana masakan jalanan.
Ia beropini justru Malaysia lah yang seharusnya mendapat ratifikasi tersebut.
"Bahkan warga Singapura tiba ke Malaysia untuk menikmati masakan jalanan kami," ujar Ismail.
Namun amarah warga Malaysia tak digubris Singapura.
Pemerintah Singapura menganggap ini bukan sekedar makanan, namun menyangkut warisan dan identitas negara Singapura.
"Ini wacana warisan budaya masakan jalanan yang mengikat masyarakat dan didukung pemerintah serta industri. Semua ini wacana komunitas," ujar kritikus masakan KF Seetoh.
Kedua negara mempunyai korelasi kurang mesra semenjak Singapura memerdekakan diri dari Malaysia pada 1965 dan problem masakan jalanan ini semakin memanaskan situasi.
Bersyukurlah kita sebagai rakyat Indonesia yang mempunyai berjibun kebudayaan sebagai kekayaan nasional alasannya yakni identitas suatu bangsa/negara amat bernilai mahal.
Sumber